PENDAHULUAN
Perkembangan dan
peradaban umat manusia sepanjang sejarah di Tatar Soenda hingga saat ini telah
memasuki tahap awal dari milenium ke tiga dimana milenium ke satu di kenal
dengan jaman Parahyang dan milenium ke dua di kenal dengan jaman Galuh
sementara milenium ke tiga adalah tatanan menuju Indonesia Mercusuar Dunia.
Pada saat Gunung
Soenda meletus kira-kira 3.500.000 tahun yang lalu saat itu Jaman Galuh Wiwitan
telah lama ada.Dari sinilah cerita awal atau cikal bakal akan berdirinya Kerajaan-kerajaan
di Tatar Soenda dan sejak saat itu pula terus berdiri Kerajan-kerajaan baru
baik kerajaan kecil maupun besar dan bukan hanya di Pulau Jawa tapi mulai masuk
wilayah pulau-pulau lain seperti Pulau Sumatra, Kalimantan, Bali, Sulawesi dan terus
menyebar ke wilayah-wilayah yang lebih luas lagi seperti ke dataran Benua Asia
dan Afrika.
Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai aspek kehidupan,maka hal
tersebut sangat berpengaruh pula pada perubahan pola berpikir dan pola hidup manusia.Dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi para leluhur negeri ini telah mampu
menciptakan hasil karya seni dan budaya yang begitu tinggi. Hasil karya monumental
para leluhurtersebut hingga kini masih dapat kita lihat seperti candi Borobudur
dan lain-lain yang bukan saja memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi akan
tetapi juga memiliki nilai sejarah dari sebuah peradaban umat manusia tempo
dulu di Tatar Soenda.
Selain karya seni dan
budaya yang monumental secara fisik para leluhur juga telah mampu menciptakan sistem
dasar untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang telah mampu
menghantarkan pada kehidupan yang damai dan sejahtera yaitu Kidang
Pananjung, Rawalarung dan Gelap Nyawang.
Tiga tatanan kehidupan
tersebut diatas selama ini telah dilupakan oleh para penyelenggara negara
sehingga kehidupan yang damai dan sejahtera secara perlahan mulai menghilang
dari bumi pertiwi.
Pada saat ini terlalu
sedikit manusia di negara ini yang mengetahui tentang sejarah para leluhurnya yang menjadi cikal-bakal
keberadaan dirinya, mereka adalah para pendahulu bangsa yang pernah hidup pada
jutaan atau bahkan milyaran tahun yang lalu.
Kita mesti sadar
bahwa sebenarnya telah terjadi penyelewengan sejarah, jalan kehidupan bangsa
dan negara serta budaya yang menjadi ciri dan jati diri bangsa pun telah terbelokan
oleh situasi dan kondisi perjalanan waktu serta perkembangan jaman selama
ratusan tahun.
Sebagai contoh ketika
mereka mendengar doa-doa yang dilantunkan dalam bahasa para leluhurnya sendiri
pada saat ritual pemujian terhadap Hyang Maha Wisesa (Yang Maha Kuasa) malah
sebagian dari mereka menyebutkannya dengan istilah “Jangjawokan” atau “Kejawian/Kejawen”
dan yang lebih sadis lagi sebagian dari mereka malah menganggap hal tersebut musrik
(sesat) dan mengharamkannya tanpa mau meneliti, mengkaji terlebih dahulu.
Begitu juga dalam hal
seni dan budaya peninggalan para leluhur yang bernilai tinggi, generasi penerus
malah mengganggap hal itu sebagai barang kuno dan ketinggalan jaman, mereka
lebih suka pada seni dan budaya bangsa lain yang mereka anggap lebih modern.
Benarkah seni budaya
peninggalan leluhur kita itu ketinggalan jaman dan seni budaya bangsa lain itu
lebih hebat dan lebih modern?.
Dari sedikit uraian
diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sudah saatnya kita sebagai generasi
penerus untuk setidak-tidaknya merasa bersyukur akan peninggalan dan karya
leluhur yang bernilai seni tinggi tersebut serta mencoba untuk terus
menelusuri, memberdayakan, menerapkan, mengembangkan dan melestarikannya.
Untuk menindaklanjuti
keinginan luhur tersebut diperlukan satu wadah perjuangan bersama yang mampu
menampung aspirasi dan peran aktif seluruh masyarakat serta terencana dan terorganisir
dengan baik sertasesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
dengan caramendirikan satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dengan bentuk
Yayasan yang berbadan hukum tetap.
Terlahir dari rasa
keprihatinan yang mendalam melihat situasi dan kondisi bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang semakin gak jelas dan terus terpuruk pada jurang kemiskinan
dan kehancuran serta didorong oleh itikad baik dan sungguh-sungguh untuk
melakukan perbaikan dan pengembangan diberbagai bidang kehidupan, makasebagai
langkah awal kami akan mendirikan satu Wadah Perjuangan yang selanjutnya akan kami
beri nama Yayasan “Trinata Pakoean”.
Yayasan Trinata Pakoean
didirikan sebagai Jejer-Pager-Pancer
Budaya Soendadan akan tampil ke depan sebagai “Revisionir” dalam upaya
untuk meluruskan dari penyelewengan nilai-nilai luhur seni budaya dan dari pembelokan
kebenaran sejarah perjuangan para leluhur pendiri bangsa dan negara ini.
Yayasan Trinata Pakoean
dengan tiga ketentuan dasar utama yaitu Karamaan, Karatuan dan Karasian dan
tiga dasar untuk melaksanakan pembangunan atau lebih dikenal dengan sebutan “Tri
Komando Rakyat” (Trikora) yaitu Kidang Pananjung, Rawalarung dan Gelap
Nyawang akan tampil ke depan dan berdiri kokoh untuk melakukan,
penelitian, pengkajian, pengembangan adat, seni dan budaya soenda dalam rangkamenata kembali sistim
dan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Ngertakeun
Bumi Lamba Lamah Sagandu) menuju tercapainya kesejahteraan yang merata
dan kejayaan negara dan bangsa yang ”Subur
Makmur - Gemah Ripah - Repeh Rapih - Kerta Raharja - Wibawa Mukti “.
Hal tersebut mengacu
kepada sasaran utama yaitu Pembinaan Prilaku (Akhlak dan Moral), kecerdasan manusia
yang utuh, kesejahteraan hidup berbangsa dan bernegara, terciptanya
keseimbangan hidup antara alam dan mahluk hidup, tercipta dan terjaganya
kelestarian alam untuk kelangsungan hidup yang lebih baik bagi generasi muda
sebagai pewaris estafet pembangunan sekaligus penyambung kelangsungan dan
kelestarian budaya soenda untuk generasi yang akan datang.
I.
LATAR
BELAKANG
Dengan
ditemukannya puing-puing dan artefak peninggalan para leluhur bangsa (kerajaan)
yang pernah ada di masa lalu seperti Candi, Prasasti, Patung-patung dan
lain-lain yang bernilai seni dan sejarah tinggi telah menunjukan dan merupakan
satu bukti bahwa leluhur kita sebenarnya telah memiliki sistem (tatanan)
bermasarakat, berbangsa dan bernegara yaitu seni dan budaya yang bernilai
tinggi dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi yang tidak ada
tandingannya di belahan dunia manapun.
Pada
abad 11 masehi tepatnya di tahun 1189 merupakan jaman keemasan terakhir dari peradaban
di Tatar Soenda dimana peradaban umat manusia pada saat itu begitu tinggi dan
masyarakatnya hidup dalam damai, sentosa dan sejahtera lahir maupun batin
karena di pimpin oleh seorang panutan (negarawan) yang memiliki ahlak mulia
dengan senantiasa menerapkan sifat silih asih, silih asuh, silih asah dan silih
wangian sehingga beliau dikenal dengan julukan Sribaduga Maha Raja Prabu Siliwangi.
Pemerintahan
dan ketata negaraan pada saat itu benar-benar dijalankan sebagaimana mestinya
dengan metode tiga tatanan yaitu Karamaan, Karatuan dan Karasian serta
tiga program pembangunan (Tri Komando Rakyat) yaitu Kidang Pananjung, Rawalarung dan
Gelap Nyawang.
Yayasan
Trinata Pakoean sebagai Jejer-Pager-Pancer
Budaya Soenda akan berusaha untuk menerapkan kembali sistem/tatananBudaya
Soenda sebagaimana telah dijelaskan diatas, dengan tiga ketentuan dasar dan
tiga program pembangunan sebagai sistem/tatanan dasar hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Il.
TRILOGIE
BUDAYA SOENDA PAKOEAN
Yayasan TriNata Pakoean dalam
melaksanakan seluruh kebijakan dan program kerjanya adalah merupakan wadah
perjuangan untuk melaksanakan revisi dalam upaya menata, menegakan,
mengembangkan, memberdayakan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Tiga
Ketentuan Dasar Utama (Tri Logie Soenda Pakoean) sebagai berikut :
1.
Ka-Ramaan/Kasepuhan/Parahyang
:
Sebagai
Jejer
Budaya Soenda berkedudukan di Padepaan dan merupakan lembaga permusyawaratan (majelis) dari para tokoh (Parahyang)
untuk memberikan putusan dan penetapan ideology dan filosofis/kebijakan
adatkhusus dalam aturan adat istiadat budaya soenda untuk dilaksanakan,
dikembangkan dan di berdayakan oleh Lembaga Ka-Ratuan.
2.
Ka-Ratuan/Pemerintahan/Pajajaran
:
Sebagai
Pager
Budaya Soenda dan Konseptor Strategis dan Politis berkedudukan di Pakoean
(Pendapa) dan merupakan lembaga ketata negaraan atau pemerintahan (Pajajaran),
bertugas merumuskan hal-hal yang berhubungan dengan mental dan
spriritual dalam membangun karakter kepemimpinan bangsa dalam pelaksanaan
Strategis dan Politis serta penjabaran Kebijakan Umum Program Kerja untuk
dilaksanakan dan dikembangkan oleh para ahli di Padepokan,di Badan Usaha Milik
Rakyat dan di Lembaga yang didirikan dan dibina langsung oleh Yayasan Trinata
Pakoean.
3.
Ka-Rasian/Siliwangi
:
Sebagai
Pancer
Budaya Soendaberkedudukan di Padepokan merupakan lembaga
pelaksana dalam mensosialisasikan, melaksanakan dan melakukan
pengawasan/kontrol terhadap program kerja dan semua kegiatanyang sedang
berjalan serta melakukan analisa dan evaluasi secara menyeluruh terhadap
program kerja dan kegiatan baik yang sedang berjalan maupun yang sudah selesai
dilaksanakan.Analisa dan evaluasi yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan
program kerja dan kegiatan serta kemungkinan dampak yang akantimbul dari adanya
program kerja dan kegiatan tersebut bagi masarakat.
Ka-Rasian merupakan
komunitas orang-orang terpilih atau kelompok para ahli (pakar) dari berbagai disiplin
ilmu dan keahlian (Siliwangi). Para ahli tersebut akan bekerja secara profesional
dan penuh tanggungjawab dalam
mensosialisasikan dan melaksanakan program kerja dan kegiatan Yayasan dengan
melakukan pendekatan (personal
approach), forum diskusi, penyuluhan, pembinaan dan melaksanakan pungsi pengawasan
(kontrol) sampai program kerja dan kegiatan Yayasan tersebut selesai
dilaksanakanserta melakukan analisa dan evaluasi secara berkesinambungan agar program
kerja dan kegiatan tersebut kedepannya dapat berjalan lebih baik dan lebih
bermanfaat bagi masyarakat banyak.
IIl.
DASAR
PEMIKIRAN
Berdasarkan
asas Trilogie Soenda Pakoean / Tiga Landasan Utama tersebut, diangkat kepermukaan
sebagai dasar pemikiran yang akan dikembangkan guna pengukuhan bahwa asas ini
merupakan bahan dasar dan sumber utama untuk upaya penelitian, penggalian,
pengkajian, penerapan, pengembangan, dan pelestarian Seni dan Budaya Soenda dan
sebagai sistem dasar untuk penataan kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara menuju ”Subur Makmur -
Gemah Ripah - Repeh Rapih - Kerta Raharja - Wibawa Mukti “.
Asas Trilogie Soenda Pakoean akan
dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini
sebagai nilai luhur dari tatanan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Penataan
kembali asas Trilogie Soenda Pakoean ini bukanlah pekerjaan mudah karena memang sudah
lama tenggelam dan jelas akan terasa asing bagi kebanyakan orang bahkan
termasuk bagi orang-orang yang selama ini mengaku ahli sejarah sekalipun.
Sangat
sedikit sekali orang yang mengerti dan paham akan arti dan makna yang
terkandung dalam Asas Trinata Pakoean
serta maksud dan tujuan apa yang ingin dan dapat dicapai, sehingga dalam upaya sosialisasi
dan pelaksanaan serta penerapannya perlu waktu yang panjang dan biaya yang
tidak sedikit.
Namun
demikian Yayasan Tri Nata Pakoean akan terus berupaya sekuat tenaga dengan
keyakinan penuh bahwa menegakan budaya soenda dan menata kembali kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tanpa dibarengi dengan penataan dan penerapan kembali Asas
Trinata Pakoean bukan saja tidak akan pernah berhasiltapi juga merupakan
usaha yang akan sia-sia belaka.
IV.
MAKSUD
DAN TUJUAN
Sudah begitu lama kita mendengar dan mengenal 3 (tiga)
slogan atau kata-kata mutiara yang teramat indah, walaupun dari segi kata dan
kalimatnya berbeda namun sesungguhnya memiliki arti dan makna yang sama yaitu :
1.
Subur Makmur - Gemah Ripah - Repeh Rapih -
Kerta Raharja - Wibawa Mukti.
2.
Hidup aman sentosa rukun dan damai. sehat cerdas dabn iman.
3. Sili-asih, Sili-asuh dan Sili-asah, ku wawangi.
Negara dan bangsa ini sangat merindukan sekali akankehadiran
figur seorang pemimpin yang benar-benar arif, bijaksana dan memiliki kemampuan
yang luar biasa untuk dapat membawa dan menghantarkan bangsa dan negara ini
pada tatanan hidup yang aman, damai dan sejahtera lahir maupun batin.
Untuk
dapat tercapainya cita-cita luhur tersebut diatas jelas harus merupakan satu perjuangan
bersama dari komunitas manusia unggul (pejuang sejati) yang terhimpun dalam
satu wadah perjuangan yang terencana, tertata dan terorganisir dengan baik
serta memiliki maksud dan tujuan yang jelas demi kemajuan dan kesejahteran masyarakat,
bangsa dan negara dengan satu figur pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan,
arif, jujur, berani, cerdas, tegas dan memiliki wawasan jauh ke depan
(Negarawan).
Dari
sedikit uraian diatas, dan dengan melihat situasi dan kondisi bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang sangat memprihatinkan, maka kami sebagai generasi
penerus merasa terpanggil untuk tampil kedepan dalam rangka turut berjuang
mendarma baktikan segala kemampuan yang ada demi kesejahteraan dan kejayaan
bangsa.
Adapun
maksud dan tujuan didirikannya Yayasan Tri Nata Pakoean adalah sebagai berikut
:
a. Maksud :
Mendirikan
satu wadah perjuangan bersama untuk menampung aspirasi dan peran aktif masyarakat
dalam pembangunan manusia Indonesia se-utuhnya
Nyeluk Dulur Sagalur, sangkan:
Akur jeung dulur, ngaraksa lembur sarta panceg dina galur
b. Tujuan :
1. Terwujudnya kembali sistem dan tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsadan bernegara dengan dasar Adat, Seni dan
Budaya Soenda
Ngertakeun Bumi Lamba Lamah Sagandu.
2. Terlaksananya penelitian, pengkajian dan pengembangan
nilai-nilai Seni dan Budaya Soenda demi membangun mental spiritual kemanusiaan
dan kebangsaan, sehinggadapat tercipta masyarakat budaya yang adil dan makmur
serta untuk mengeratkan tali kemitraan dan persaudaraan antar anggota masyarakat
itu sendiri
Tambak baya Nga Bale Rante, Lawung Ka Ahung Sa Bale Gandrung.
3. Terwujud dan terlaksananya kembali tatanan
budaya soenda sebagai cara dan ciri pola hidup dan kehidupan menuju
kesejahteraan, pertahanan dan pembangunan masa depan :
Rancage Milaku Hade Ku Ciri Sa
Bumi Cara Sa Desa.
4. Mengenalkan nilai-nilai luhur Seni dan Budaya
Soenda kepada generasi penerus agar dapat mengerti dan memahami serta turut
menumbuhkembangkan rasa cinta kepada seni dan kesenian serta budaya dan
kebudayaanya sendiri.Sehingga diharapkan akan tumbuh jati diri bangsa serta
sifat dan kepribadiannya sebagai “ Urang Soenda “ yang santun dan
berbudi luhur
Nyuaykeun, Nu Di Handeuleumkeun,
Guareun Nu Di Hanjuangkeun,
Mukakeun Turub
Mandepun,
Teundeun Poho Nu Bareto.
5. Menggali, mengkaji, merapkan, mengembangkan,
mempromosikan berbagai macam seni tradisional soenda baik yang bersifat tontonan maupun bersifat tuntunan serta
mensosialisasikan kearifan budaya local yang keberadaannya tersebar di
Kota/Kabupaten di wilayah Tatar Soenda
Mageuhan Pager Na Galur.
6.
Terlaksananya penyuluhan dan pembinaan kepada
masyarakat di bidang Seni dan Budaya Soenda serta membina budi pekerti berbasis
budaya soenda sebagai dasar untuk dapat hidup bermoral dan berahlak kemanusiaan
yang berkepribadian kebangsaan
Nyaah
ka sasama.
Bela
kabangsaan.
Ngabakti
ka lemah cai
Ngarumat
ajen budaya
Sarta
Ngaraksa
ka Nagara
7.
Mendirikan lembaga pendidikan formal mulai
dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi (Universitas) yang berbasis Seni dan
Budaya Tradisional.
8. Sebagai wadah bagi para Revisionir yang ingin
meluruskan kembali sejarah perjuangan bangsa dan seni budaya soenda yang telah
jauh dibelokan dan diselewengkan oleh para penghianat dan penjajah.
9.
Sebagai wadah aspirasi bagi generasi penerus
bangsa yang ingin turut serta melakukan penelitian, pengkajian, penerapan,
pengembangan dan pelestarian Seni dan Budaya Soenda.
10. Turut serta berperan aktif dalam program
pengentasan kemiskinan dan kebodohan.
11. Turut serta berperan aktif dalam hal
penanganan dan penanggulangan korban bencana alam, korban perang dan lain-lain.
YAYASAN TRI NATA PAKOEAN
( JEJER-PAGER-PANCER ) BUDAYA SOENDA
Bahwa gagasan yang muncul untuk
mendirikan Yayasan Trinata Pakoean ini,
dari beberapa kelompok masyarakat yang khususnya berasal dari Tatar Soenda/
Jawa Barat yang sangat peduli dengan prinsip kebersamaan saling menggalang
persatuan dan kesatuan bangsa sehingga dapat tercetus wawasan untuk menata kembali tatanan Budaya
Soenda dalam langkah menuju masyarakat (Soenda
Wiwaha), yaitu :
1.
Terwujudnya
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang adil, makmur dan sejahtera
(
Kidang Pananjung ).
2. Terwujudnya
kehidupan masyarakat yang aman damai dan bersahaja. Terjaganya nilai-nilai
kemanusiaan dan kebangsaan serta terciptanya
kesatuan dan persatuan dalam Jiwa Gotong Royong sebagai Benteng Pertahanan dan Ketahanan Bangsa (
Lawararung ).
3.
Terwujudnya
sumber daya manusia seutuhnya demi membangun Kejayaan Bangsa dan Negara masa kini dan masa depan (
Gelap Nyawang ).
Pada hakekatnya Yayasan Tri Nata Pakoean
sebagai Jejer-Pager-Pancer Budaya Soenda, didirikan untuk meneliti, menggali, mengkaji,
mengembangkan serta menghidupkan kembali nilai-nilai Budaya Soenda terutama di
bidang tatanan hidup bahwa dengan dasar Budaya Soenda akan tercipta masyarakat
yang :
” Gemah Ripah - Repeh Rapih - Kerta
Raharja - Wibawa Mukti “.
Yayasan Tri Nata Pakoean sebagai Jejer-Pager-Pancer
Budaya Soenda didirikan berazaskan Pancasila serta berlandaskan Undang-Undang
Dasar 1945, dan tidak mengikat atau terikat oleh siapapun termasuk Ormas atau
Partai Politik manapun.
Bahwa
Pemerintah telah memberikan keleluasaan kepada masyarakatnya untuk ber-demokrasi
dengan santun dan benar termasuk di dalamnya untk mendirikan organisasi
kemasyarakatan berbentuk Yayasan sebagai wadah aspirasi dan peran aktif
masyarakat dalam rangka turut serta melaksanakan pembangunan yang dalam
pelaksanaan kinerjanya selalu mengedepankan musyawarah dan mupakat untuk
menciptakan masyarakat yang aman tentram, damai dan berdaulat.
“PAKENA GAWE RAHAYU
PAKEUN HEUBEUL JAYA DI BUANA”
Untu memenuhi tugas dan kewajiban
serta pelaksanaan visi dan misi mulia Yayasan maka perlu dibuat aturan atau
acuan dasar sebagai landasan kerja bagi Pembina, Pengurus dan Pengawas serta
Pelaksana Kegiatan Yayasan.
Dengan senantiasa memohon rahmat dan
perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa maka dengan ini kami menyusun dan membuat
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Trinata Pakoean.
Cag………Rampes…….
Bandung, April 2012
Disusun dan dibuat oleh :
Abah Dradjat.
Kai Larasmaya Poerbasasaka
N O T A R I S
NURHAYATI SAMPERURA,S.H.
NOTARIS
&
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH
Kantor :
Jl.Sumber Mekar No.2 Kav.1-1
Komp.Sumber Sari, Bandung -40222
Telp : (022) 6120746, 6012488 FAX : (022) 6012488
e-mail : notaris@yahoo.co.id
............