Kamis, 21 Maret 2013

SENI DAN BUDAYA ADALAH JATI DIRI BANGSA


     

 SAMPOERA-SOEN..!

Seni dan budaya merupakan dua sisi seperti mata uang yang tidak bisa terpisahkan. Walau sesungguhnya seni itu sendiri adalah merupakan satu bagian dari budaya atau peradaban hidup suatu bangsa yang mana akan terus hidup selama manusia itu sendiri ada di muka bumi.

Setiap negara atau bangsa mempunyai seni dan budaya yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang ditinggalkan oleh para leluhurnya itu sendiri.  Namun demikian di beberapa negara jenis kesenian termasuk jenis alat musiknya banyak yang memiliki kemiripan.  Hal ini bisa saja terjadi disebabkan oleh adanya pertukaran atau malah sebuah negara memodifikasi alat musik tersebut dari negara lain yang sudah lebih dahulu terkenal dan kemudian disesuaikan dengan adat dan budaya setempat.

Seni dan budaya tidak hanya menjadi ciri dan gaya hidup atau hanya merupakan tontonan dari sebuah pagelaran hiburan tapi lebih jauh juga merupakan tuntunan yang selanjutnya akan menjadikan ciri dan jati diri bangsa dimana seni dan budaya itu tumbuh dan berkembang.

Apabila kita mau belajar lebih jauh tentang seluk beluk dan segala hal yang berhubungan dengan seni dan budaya soenda maka kita akan menemukan bahwa bukan saja dari syairnya yang memang indah dan berisikan  nasehat, peringatan, puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa tapi juga dari nama alat, bentuk alat dan lain sebagainya ternyata mempunyai arti dan makna serta rahasia tersendiri.

Sesungguhnya didalam seni dan budaya itu tersimpan makna dan pesan-pesan dari nilai-nilai luhur ajaran hidup para pendahulu yang sengaja di titipkan atau disembunyikan lewat seni dan budaya agar dapat dipelajari dan dilaksanakan dalam hidup dan kehidupan anak cucunya dimasa yang akan datang.
Namun disayangkan pada saat ini sangat sedikit sekali generasi penerus bangsa yang peduli dan mau mempelajari seni dan budaya peninggalan para leluhur.  Mereka lebih suka pada seni dan budaya bangsa lain yang dianggap lebih enerjik, lebih modern dan lebih gaul.
Situasi dan kondisi tersebut di atas, sangat memprihatinkan ketika generasi penerus sebagai pewaris negeri telah melupakan purwadaksi dan tidak mengenali jati dirinya lagi dan mereka telah melakukan penghancuran nilai-nilai kesejatian yang dulu dibangun oleh para leluhur pendiri bangsa dan negara ini. 
Generasi muda kita sepertinya lebih bangga terhadap seni dan budaya bangsa lain sehingga kurang minat atau bahkan tidak suka sama sekali terhadap seni dan budaya peninggalan para leluhur bangsanya sendiri.Benarkah seni budaya peninggalan leluhur kita itu ketinggalan jaman dan seni budaya bangsa lain itu lebih hebat dan lebih modern? 
Pada saat ini perekonomian bangsa kita semakin terpuruk, pengangguran terus bertambah, anak-anak usia sekolah banyak yang putus atau bahkan tidak bisa sekolah karena biaya pendidikan yang mahal, hukum sudah tidak lagi jadi panutan, tensi kriminal terus meningkat, anak-anak remaja terjerumus pada pemakaian narkoba dan pergaulan bebas, nilai-nilai ahlak dan moral semakin menurun, sementara itu banyak penyelenggara negara malah asyik kolusi, korupsi dan nepotisme untuk memperkaya diri mereka sendiri.
Bangsa dan negara ini benar-benar telah kehilangan jati diri dan wiwaha dimata negara-negara lain. 
 Bangsa dan negeri ini sejak dulu ketika masih bernama Galuh – Dwipantara – Nuswantara (Nusantara)  dan sekarang Indonesia telah dikenal sebagai bangsa yang memiliki adat istiadat, seni dan budaya yang bernilai tinggi serta peradaban hidup manusia yang luhur dan mulia sehingga terkenal ke seluruh pelosok dunia sebagai bangsa yang berbudaya, ramah dan santun.
Yang jadi pertanyaan sekarang adalah masihkah negara dan bangsa ini layak mendapat julukan sebagai negara dan bangsa yang ramah dan santun? Apakah bangsa dan negara ini masih kukuh mempertahankan seni dan budaya serta adat istiadat peninggalan para leluhurnya?



Pada kenyataannya sekarang mayoritas penduduk di negeri ini malah menganut ajaran dari seni dan budaya  bangsa lain. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa mereka menganggap bahwa ajaran itulah yang paling tepat dan paling benar, sementara  terhadap ajaran, seni dan budaya bangsa sendiri mereka nyaris tidak perduli bahkan sekedar untuk mendengar atau mempelajari mereka sudah tidak mau lagi. sehingga tanpa disadari maka terjadilah penjajahan dan pelecehan terhadap nilai-nilai ajaran sejati yang pernah dibangun oleh para leluhur mereka sendiri.

Dari cara berpakaian, makan, bahasa, perilaku hingga nilai-nilai kebenaran serta kebaikan telah tergantikan oleh ajaran lain yang sesungguhnya tidak pernah mereka pahami maksud dan arti dari ajaran yang mereka anut dan banggakan tersebut.
Maka sejak saat itu terjadilah pemerkosaan terhadap nilai-nilai keberadaban dari ajaran kebenaran dan kebaikan para leluhur negeri.  

Apapun yang terjadi dalam pola berkehidupan di negara ini tampaknya sudah menjurus kepada kemerosotan ahlak dan budhi-pekerti yang kian hari kian menampak di dalam kehidupan sehari-hari seperti; bentrokan politik, ekonomi, budaya, hingga agama. Pada kenyataannya rakyat tetap bodoh dan sengsara, kemiskinan muncul dimana-mana, lapangan kerja semakin sulit sehingga pengangguran kian bertambah terus, pembangunan yang dilaksanakan tidak berimbang antara satu daerah dengan daerah lainnya dan alam pun rusak tak terjaga akibat pengelolaan dan pengolahan yang tidak berwawasan lingkungan.

Hukum dibungkam tak berdaya seolah tidak mampu lagi mengejawantahkan arti dan makna keadilan itu sendiri hingga tak mampu melindungi rakyat dan memuncak kepada ketidakmampuan untuk melindungi kebenaran.
Dari gambaran di atas, kembali kita diajak untuk menilai secara cerdas, bijaksana dan hati bersih serta berupaya untuk mencari solusi dan cara terbaik guna memperbaiki situasi dan kondisi tersebut agar seni dan budaya peninggalan para leluhur dapat kembali diterapkan dan dilaksanakan sehingga jati diri bangsa dapat kembali terwujud sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi, ramah dan santun.




Kemerosotan ahlak dan moral yang terjadi terutama pada generasi muda adalah satu bukti nyata bahwa bangsa ini telah melupakan ajaran luhur dari seni dan budaya bangsanya sendiri. Banyak upaya yang telah dilakukan baik oleh, kelompok atau oleh beberapa lembaga yang menamakan diri peduli seni dan budaya soenda atau bahkan oleh penyelenggara negara untuk mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya namun sampai saat ini belum mampu menunjukan tanda-tanda kemajuan dan membuahkan hasil sesuai yang diharapkan.

Kalau pun ada yang nampak kepermukaan itu hanyalah merupakan kegiatan/pagelaran seni dan budaya yang hanya sekedar jadi tontonan dan hiburan saja. Sesungguhnya yang lebih memprihatinkan kita adalah bahwa tidak sedikit kegiatan/pagelaran seni dan budaya yang dilakukan dan dilaksanakan oleh kelompok tertentu justru dalam rangka mencari dan mengeruk keuntungan finansial belaka sementara pengembangan, pemberdayaan dan pelestarian dari nilai-nilai luhur seni dan budaya itu sendiri sama sekali tidak mereka laksanakan..



Munculnya kelompok-kelompok tertentu dan atau komunitas yang menamakan diri peduli budaya soenda perlu disyukuri serta disikapi secara arif dan bijaksana, namun yang terpenting adalah bagaimana pada saat ini kita berbuat dalam upaya mewujudkan karya nyata untuk dapat membuktikan dan mewujudkan kepada masarakat bahwa nilai-nilai luhur seni dan budaya soenda adalah benar-benar sebuah sistem dan tatanan hidup yang akan membawa kehidupan bermasarakat, berbangsa dan bernegara ini menuju  ”Subur Makmur - Gemah Ripah - Repeh Rapih - Kerta Raharja - Wibawa Mukti “ yang pada akhirnya akan mampu mengahantarkan bangsa dan negara ini menuju negara dan bangsa yang memiliki “ Harkat, Derajat dan Martabat. (komara wibawa dan wiwaha) , berbudi luhur, santun dan bersahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar